Minggu, 10 Juni 2018

Refleksi Ramadhan



Marhaban Ramadhan yang hampir berujung. Perjalanan waktu tak terasa saat rutinitas ibadah dijalankan. Kekhusyukkan beribadah menjadikan kita makin mantab dan yakin keesaan Allah Swt. Perintah bagi ornag beriman ini menjadi wajib, manakala kita mengakui ketauhidan sebagai hamba Alah swt. Persoalan lain tentu lebih pada kondisi fluktuatif keimanan seseorang. Seseorang akan merasa yakin dan meningkat grafik takwanya, atau justru semakin down.

Tentu saja bagi orang beriman, puasa dan sejenisnya amalan di ramadhan menjadi keyakinan tersediri. Bahwa apa yang kita lakukan bernilai ibadah. Rutinitas ibadah yang pokok, tentu harus dbarengi dengan praktik kesalehan sosial lain. Kepekaan terhadap kondisi sosial orang-orang di sekitar kita menjadi hal yang tak bisa dinafikan.
Upaya mencerdaskan spiritual kita perlu terus diasah. Pun bagi kenyamanan hati dan praktik ibadah lain yang bernilai pahala lebih besar di ramadhan.Ramahdhan benar-benar menjadi syahru tarbiyah, bulan pendidikan. Di ramadhan diajarkan sabar, diajarkan peka sosial, keikhlasan dan sebagainya. Unttuk itu kita berharap semoga ramadhan ini menjadi momentum perubahan sikap, karakter dan tabiat baik. Tak ada wujud iman kecuali kebaikan yang ia tebarkan pada orang lain.

ARTIKEL PENDIDIKAN

CBC,  Bangun Komunikasi Guru dan Siswa

 
Oleh, Tukijo, S.Pd
Guru SMP Negeri 17 Semarang

Bulying atau perundungan menjadi tren akhir-akhir ini. Bulying terjadi karena ada pihak dengan kekuasaan dan kekuatannya mengkooptasi pihak yang lemah. Selama ini kasus bullying lebih banyak dijumpai di sekolah. Mengapa di sekolah?Karena sekolah merupakan tempat bertemunya berbagai karakter siswa. Maraknya kasus bullying akhir-akhir ini, membuktikan bahwa ada sesuatu yang perlu dibenahi. Menasihati saja tidak cukup, untuk dipraktikkan terhadap siswa di sekolah. Celakanya, guru-guru di sekolah cenderung getol memberikan hukuman terhadap kekeliruan siswa. Ada istilah pewarisa hukuman dari generasi tua kepada siswa.

ARTIKEL PENDIDIKAN


DSC00476Reposisi PPK, Literasi dan Kompetensi di Kurtilas
Oleh. Tukijo, S.Pd
Guru SMP 17 Semarang

 Impementasi kurikulum 2013 atau biasa kita sebut Kurtilas, banyak mengalami perasalahan di lapangan. Pada tataran impelementasi, kurtilas dianggap sebagai hal baru baik dari sisi standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kelulusan, standar KI dan KD, serta piranti pendukung lainnya. Permasalahan lain muncul, berkait dengan buku ajar yang terus direvisi, system penilaian yang mencakup sikap (religi dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Diklat-diklat yang belum menyeluruh bagi guru, menjadi pelengkap penerapan kurikulum yang dianggap baru ini. Belum lagi, pendampingan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang masih minim. Penguasaan konsep dan pemahaman administrasi mengajar oleh guru juga turut menjadi kendala. Yang terbaru, praktik pembelajaran di kelas masih jauh dari ideal yang diharapkan dari kurtilas.

Jangan Biarkan Bahasa Jawa Sekarat!
Oleh. Tukijo, S.Pd
Guru SMP 17 Semarang


Pembelajaran Bahasa Jawa kurikulum 2013 terkesan”stagan”. Berdasarkan standar isi(SI) kurikulum Mulok Provinsi Jawa Tengah ini, pembelajaran Bahasa Jawa di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih terkesan berjalan di tempat. Apresiasi siswa terhadap basa Jawa saat ini diyakini cenderung berkurang. Kurikulum sudah dibuat sedemikian rupa untuk mengakomodasi berbagai kepentingan pendidikan termasuk muatan kearifan local(local wisdom). Itu salah satu bukti, bahwa nasib Bahasa Jawa masih tergadaikan dalam harapan semu.

Pembatik Level 3 Jateng Digelar

Pembelajaran berbasis TIK yang merupakan program dari Pustekom Kemdikbud wilayah A Jateng digelar di Ungaran Jawa Tengah.
https://www.youtube.com/watch?reload=9&v=jN3ipMQoOVI&feature=youtu.be

Rabu, 06 Juni 2018

KLG Terus Bergerak Fasilitasi Guru

Menjadi pembelajar dan fasilitator pelatihan bukan perkara muda.  Malang melintang di dunia tulis menulis bukan barang baru bagi guru. Karena sejatinya guru menjadi fasilitator pembelajaran di kelas. Guru dihadapkan pada rutinitas pembelajaran bagi siswa. Untuk itu, guru harus terus meningkatkan kompetensinya.
Hal tersebut yang mendasari Kelas lIterasi Guru Jawa Tengah yang digawangi Tukijo. Tukijo yang akrab disapa"Pak Jo" ini menggiatkan guru menulis artikel ilmiah populer di media massa. Ia tak tanggung-tanggung menggandeng beberapa media massa cetak. ANtara lain Radar Semarang, Jateng Pos, dan sebagainya. Bahkan kini KLG merambah pada  workshop penulisan buku bagi guru dan pengawas se-Jawa Tengah.

Jumat, 01 Juni 2018

30 Guru Se-Jateng Ikuti Tatap Muka PembaTIK

Sekitar 30 guru dari jenjang SD hingga SMA/SMK mengikuti Program tatap muka Pembelajaran Berbasis TIK(PembaTIK) yang digelar Pustekom Kemdikbud di Hotel C3 Ungaran Kab. Semarang , Jumat-Minggu, 1 -3 Juni 2-18. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari program dari berbagai level, mulai level 1,level 2, dan level3 untuk kelas A Propinsi Jawa Tengah.
Kegiatan dibuka oleh Kepala BPTIKP Jawa Tengah. Dalam sambutannya Kepala Balai mengharapkan nantinya di Jawa Tengah akan melahirkan guru-guru hebat yang memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Dinas pendidikan propinsi terus mendorong upaya tersebut.
Kegiatan pembatik pada level 1 Jawa Tengah sejumlah 800 guru. Ini peserta terbanyak nasional. Kemudian yang lolos ke level 2 ada sekitar 300 guru. Lalu dari 300 tersebut mengumpulkan tugas sekitar 123 guru. Dari 123 di level 2 lalu diambil 30 besar. 
"Ini membanggakan kami, soalnya ini yang pertama kali bagi saya. Yang penting semangat belajar."Ujar Tuginem peserta dari Klaten.
Ke depan dari 30 guru akan diseleksi lagi diambil 1 guru sebagai perwakilan Jawa Tengah untuk mengikuti ke level 4 di Jakarta. Sementara materi yang disampaikan antara lain kelas maya, kebijakan pendidikan, Video, dan beragam materi lainnya.

ARTIKEL

Hebat, Siswa SMP 17 Semarang Raih Juara 2 Lomba Tari Kreasi

 Siswi SMP 17 Semarang, berhasil meraih juara 2 lomba tari kreasi. Lomba diadakan oleh SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Kegiatan diadakan ...