Sabtu, 17 Juni 2023

Perjuangkan Nasib Buruh PMI !

 

Tukijo

Setiap 1 Mei, gerakan buruh terus dilakukan. Perjuangan kaum buruh tak selalu mulus. Berbagai persoalan nasib para buruh di Indonesia, tak selalu berbuah manis. Persoalan buruh selalu berhubungan dengan kebijakan dan keinginan hidup layak. Bisa dikatakan ada relasi kekuasaan yang mendera perjuangan buruh dan dinamikanya. Persoalan yang mencuat di tengah perjuangan buruh domestik kita selalu menyisakan pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai. Belum lagi persoalan yang dialami para pekerja migran indonesia(PMI) yang tak selalu mendapatkan penyelesaian final. Bagaimana relasi kekuasaan dalam perjuangan kaum buruh kita?



Gerakan di hari buruh menjadi gerakan momentum. Para buruh tak muluk, mereka sekadar ingin mendapatkan penghidupan dan penghasilan yang layak. Ulasan ini akan fokus ada fenomena maraknya persoalan pekerja migran indonesia(PMI) di luar negeri. Persoalan yang dialami oleh PMI tak selalu mendapatkan respon positif dari pemerintah. Acap kali persoalan yang PMI alami di negeri orang, berakhir dengan hal tragis. Misalnya pembunuhan, penyiksaan. dan kasus pelecehan.

PMI atau buruh migran kita di luar negeri ternyata menjadi penyumbang devisa negara cukup besar. Mereka yang datang dari berbagai desa dengan berbagai persoalan ekonomi yang menderanya, tak pernah terbesit dengan istilah devisa. Banyak faktor yang melatar belakangi seseorang menjadi PMI. Khususnya para pekerja wanita atau tenaga kerja wanita(TKW) yang mendominasi menjadi PMI nonfromal. Artinya mereka bekerja di sektor rumah tangga sebagai asisten rumah tangga.

Faktor ekonomi menjadi utama dalam mendorong calon PMI ke luar negeri. Berikutnya faktor rendahnya keterampilan teknis formal yang tak dimiliki dengan minimnya lowongan pekerjaan di dalam negeri. Bahkan persoalan gengsi sosial untuk sekada rmengubah nasib lebih baik menjadi motivasi yang tak terbantahkan. Lantas apa sebenarnya perjuangan yang mereka lakukan?Ada pergeseran dalam dunia PMI kita. Saat ini para buruh migran atau PMI didominasi para TKW.

Perspektif gender barangkali menjadi salah satu pemicu naiknya minat menjadi PMI di luar negeri. Para tenaga kerja wanita ini nekad bekerja di luar negeri karena faktor kebutuhan ekonomi. Pasca pandemi misalnya tak sedikit yang kehilangan pekerjaan dan akhirnya wanita di keluarga bertekad membantu peran suaminya. Meski dominasi patriaki tak bisa hilang begitu saja. Bahwa laki-laki lebih bisa dan dipandang lebih mampu. Akan tetapi seiring kebutuhan dan dinamika kehidupan, wanita mengambil peran sebagai penyokong ekonomi keluarga yang tak bisa dianggap enteng.

Relasi kekuasaan patriaki di keluarga lambat laun luntur. Tenaga kerja wanita sata ini banyak dibutuhkan. Baik disektor formal maupun non formal. Bahkan tak sedikit yang menjadi PMI di beberapa negara tujuan, antara lain di Hongkong, Singapura, Malaysia, Brunei, Taiwan, bahkan di negara Jordania dan sekitarnya.

Ironisnya, tak semua PMI berhasil. Bahkan tak sedikit yang harus berurusan dengan hukum. Baik sebagai korban maupun terjebak keadaan. Bahkan ada pula yang selesai kontrak tapi tak memiliki biaya untuk pulang. Ada pula yang ditelantarkan oleh agen PMI yang tak bertanggungjawab. Lalu bagaimana persoalan di pandang sebagai persoalan gerakan perjuangan nasib buruh migran?

Jumlah pekerja migran Indonesia diperkurakan sebanyak 3,37 juta orang hingga kuartal III/2022. Jumlah itu meningkat 2.4 persen dibandingkan sepanjang tahun 2021 yang sebanyak 2. 35 juta orang (sumber : https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/jumlah-pekerja-migran-ri-337-juta-orang-hingga-kuartal-iii2022).

Lebih lanjut berdasarkan rilis https://dataindonesia.id/, jumlah  PMI terbesar menempati negara Malaysia, yakni 1. 64 juta orang. Baru kemudian Arab Saudi dengan jumlha, 836.00 orang. Lalu sebanyak 322.000 juta migran kita di Hongkong. Ada pula 318 pekerja migran di Taiwan. Sedangkan di Sinagpura dan Yordania sebanyak 95.000 dan 43.000 orang. Terakhir di Uni Emirat Arab sebanyak 38.000 orang.

Dengan jumlah itu, bukan pekerjaan mudah mengelolanya. Bahkan diyakini angka PMI itu mampu menyumbang devisa negara cukup banyak. Lantas, bagaimana pula dengan munculnya persoalan nasib tak baik pada buruh migran kita?

Baru-baru ini kasus PMI kita yang disiksa oleh majikannya cukup menyita perhatian publik. Seorang pekerja wanita asal NTT yang 9 bulan tak digaji saat bekerja di Malaysia. Selain bekerja di majikannya DN juga dipekerjakan di bengke mobil milik majikannya.Ia harus bekerja 15 jam sehari tanpa istirahat. Bahkan ia mendapatkan siksaan yang keji. Hingga akhirnya ia bisa melarikan diri dari majikannya. Bahkan kasus berlanjut ke pengadilan. Namun lagi-lagi keadilan belum berpihak pada PMI kita. Tuntutan pembayaran gajipun masih di bawah kelayakan. Di bawah pendampingan KBRI di Malaysia, kasus ini menjadi sorotan internasional.

Itu hanya satu dari banyaknya kasus penyiksaan dan pesakitan yang dialami oleh tenaga kerja kita di luar negeri. Persoalan PMI bukan hanya gaji atau penyiksaan, namun ada indikasi perdagangan orang dalam kedok PMI ilegal. Lagi-lagi, tenaga kerja wanita (TKW) menjadi korbannya. Apakah persoalan buruh migran/ PMI ini akan didiamkan?Sedangkan mereka penyumbang devisa cukup besar pada negara?Pemerintah selayaknya memberikan jaminan yang maksimal terhadap nasib PMI di luar negeri. Bukan sebaliknya sekadar formalitas yang kadang mudah hilang dari pemberitaan.

Relasi kekuasaan cukup kental dalam merumuskan regulasi pelindungan buruh PMI. Maka,pemerintah harus andil dan intervensi maksimal agar pelindungan PMI di luar negeri bisa maksimal. Sehingga mimpi indah PMI di luar negeri bisa menjadi kenyataan. Perlu diingat, motivasi ekonomi keluarga menjadi kunci mereka pergi menjadi PMI.

Bentuk relasi kekuasaan pemerintah antara lain dalam merumuskan regulasi, melalukan pelindungan PMI melalui pembentukan satgas, memantau kinerja satgas, menyediakan anggaran yang cukup, dan bantuan hukum di luar negeri lebih maksimal. Bahkan upaya diplomasi yang lebih bagus diharapkan menjadi titik terang nasib baik PMI.Semoga.


 Tukijo

Pemerhati Sosial dan Penulis

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL

Hebat, Siswa SMP 17 Semarang Raih Juara 2 Lomba Tari Kreasi

 Siswi SMP 17 Semarang, berhasil meraih juara 2 lomba tari kreasi. Lomba diadakan oleh SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Kegiatan diadakan ...