Minggu, 09 Juli 2023

ALIH KODE DALAM TINDAK TUTUR MASYARAKAT PENUTUR DALAM RANAH KELUARGA MUDA DI GUNUNGPATI KOTA SEMARANG

 Oleh. Tukijo

Mahasiswa PBSI -S2 Univ PGRI Semarang


Pendahuluan

Bahasa merupakan bentuk alat komunikasi yang cukup efektif dilakukan oleh penutur. Bahasa bukan sekadar struktur kebahasaan saja melainkan juga fungsi bahasa dalam konteks masyarakat penuturnya. Kondisi masyarakat penutur yang heterogen, maka dimungkinkan akan terjadi berbagai bentuk peristiwa bahasa dalam fungsi sosialnya. 


Bahasa yang ada di Jawa misalnya akan berhadapan dengan kondisi pemerolehan bahasa yang heterogen. Kondisi masyarakat yang berbeda suku, pengetahuan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, akan berpengaruh terhadap kondisi sosiolinguistiknya. 

Selama ini banyak peristiwa tutur dalam berbagai ranah yang memungkinkan terjadi. Kondisi peristiwa tutur tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal yang melatarbelakangi seseorang dalam berkomunikasi menggunakan bahasanya. Peristiwa penggunaan bahasa dengan berbagai variasi bahasa yang ada biasa disebut kajian sosiolingustik.

Sejalan dengan konsep tersebut, maka Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi. Menurut Pateda (2015: 3) sosiolinguistik adalah perpaduan (interdisipliner) antara linguistik dan sosiologi, yang utamanya ditekankan pada hubungan antara bahasa dan pemakaiannya. Sosiolinguistik membahas bahasa yang berhubungan dengan masyarakat. 

Sosiolinguistik mengkaji hubungan pemakaian bahasa itu sendiri dengan konteks sosiologi masyarakat penuturnya. Kondisi masyarakat yang heterogen tentu berpengaruh kepada bentuk tuturan dalam konteks yang ada. 

Peristiwa penggunaan bahasa bisa dikaji secara sosiolingustik. Sosiolingustik tidak bisa dilepaskan dari masyarakat penuturnya. Berbagai peristiwa kebahasaan yang ada di masyarakat menghadirkan berbagai variasi. Sehingga konteks pembicaraan selalui dikaitkan dengan peristiwa latar belakangnya. 

Peristiwa tutur yang terjadi bisa saja di dalam berbagai ranah, misalnya ranah keluarga, ranah pasar, ranah pendidikan, ranah perkantoran, ranah agama, dan sebagainya. Bentuk peristiwa tutur dalam berbagai ranah tersebut, biasanya dipengaruhi oleh konteks peristiwa tuturan dan  tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat penuturnya.

Pada ranah pasar biasanya penutur dan mitra tutur saling berkomunikasi menggunakan bahasa tertentu. Seperti peristiwa tutur yang terjadi pada masyarakat multilingual di perbatasan Cilacap dengan Ciamis Jawa Barat. Masyarakat Cilacap yang mayoritas menggunakan bahasa Jawa dengan masyarakat Ciamis yang menggunakan bahasa Sunda Priangan. Hal tersebut nyata terjadi dalam peristiwa tutur.

Berdasarkan kajian pemertahanan bahasa pada masyarakat multilingual di perbatasan Jawa-Sunda di Cilacap pada tahu 2004 oleh penulis pada ranah keluarga, disimpulkan bahwa loyalitas penutur Jawa di masyarakat multilingual perbatasan Jawa-Sunda masih ada. Masing-masing bahasa tutur yang digunakan masyarakat di sana masih digunakan. Masyarakat tutur memahami bentuk komunikasi yang digunakan.

Terjadinya peristiwa tindak tutur bahasa yang bersamaan digunakan dalam masyarakat karena tidak ada larangan atau aturan bahwa beberapa bahasa digunakan secara bergantian. Pada peristiwa tutur yang ada, penutur dan mitra tutur cenderung melakukan komunikasi dengan kesepakatan fungsi komunikasi. 

Sehingga dalam peristiwa tutur bisa terjadi alih kode dan campur kode. Peritiwa ini terjadi karena bahasa Indonesia berdampingan dengan bahasa daerah yang ada. Misalnya pada masyarakat Jawa, maka bahasa Indonesia hidup berdampingan dengan bahasa Jawa.

Penelitian bidang kebahasaan ini dapat dikaji melalui pendekatan sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengkaji hubungan antara bahasa dan masyarakat penuturnya. Pilihan bahasa yang berupa Alih kode dan campur kode sebagai situasi sosial tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor kebahasaaan, tetapi juga dari faktor di luarnya. (Arju Taufiq Irrohmandan Fathur Rokhman, 2021).

Salah satu variasi bahasa dalam kajian sosiolinguistik yaitu alih kode dan campur kode. Peristiwa alih kode campur kode dalam berbagai ranah tutur terjadi. Misalnya pada peristiwa tutur di podcast dan bentuk lainnya. 

Alif Maulana Syahrul Zidan, dkk (2022) menyimpulkan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA adalah terdapat banyaknya variasi bahasa yang digunakan dalam video podcast  dan terdapat banyak pula faktor penyebab terjadinya peralihan kode dalam pembicaraan podcast tersebut, selain itu juga terdapat informasi yang bermanfaat juga untuk dipelajari oleh siswa.

Penelitian lain (Yulina Winda Rahma, 2022) mengatakan Alih kode dalam penelitian ini berupa alih kode berwujud alih bahasa. Sebanyak 35 data alih kode berwujud alih bahasa ditemukan dengan rincian alih bahasa dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Lampung, Bahasa Lampung ke Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa, Bahasa Palembang ke Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia ke Bahasa Palembang, Bahasa Sunda ke Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia ke Bahasa Sunda, dan Bahasa Indonesia ke Bahasa Betawi. Sementara itu, campur kode dalam penelitian ini berupa campur kode bahasa sebanyak 16 data antara bahasa Indonesia dan daerah dengan rincian campur kode kata, frasa, dan klausa.

Saat ini peristiwa sosiolingustik juga banyak terjadi di ranah keluarga. Objek kajian pada ranah keluarga dilatarbelakangi oleh adanya peristiwa tutur yang sering dilakukan di keluarga pokok yaitu ayah, ibu, dan anak. 

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya variasi bahasa,antara lain umur, tingkat pendidikan, latar belakang budaya, dan sebagainya. Termasuk sikap bahasa dan hadirnya penutur ketiga dalam pembicaraan. Faktor tersebut secara tidak langsung menjadikan variasi bahasa dalam tindak tuturnya. 

Berdasarkan latar belakang peristiwa bahasa tersebut maka penulis akan mengkaji alih kode pada peristiwa objek tuturan pada masyarakat bilingual dalam ranah keluarga muda di Perumahan Griya Sinar Mandiri Gunungpati Kota Semarang Jawa Tengah.


Pembahasan

Kondisi kebahasaan secara sosiolingustik terjadi di tengah masyarakat. Kajian ini memfokuskan peristiwa tutur di keluarga muda Jawa yang ada di Perumahan Griya Sinar Mandiri Gunungpati Kota Semarang. Usia penutur P1 (12 tahun), dan penutur P2(10  tahun). Kedua penutur masih bersekolah SD. Kedua orangtuanya bekerja dan komunikasi sehari-hari di rumah menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa ngoko sebagai bahasa daerah. 

Teknik yang dilakukan dengan simak libat dari peristiwa tutur yang terjadi dalam ranah keluarga Jawa.di Kecamatan Gunungpati.

Alih kode

Alih kode dibedakan menjadi dua jenis yaitu alih kode ke dalam/ intern dan alih kode ke luar/ ekstern. Menurut Jendra (dalam Padmadewi dkk., 2014:65), alih kode ke dalam adalah alih kode yang terjadi bila si pembicara dalam pergantian bahasanya menggunakan bahasa-bahasa yang masih dalam ruang lingkup bahasa nasional, sedangkan alih kode luar adalah alih kode yang dalam pergantian bahasanya si pembicara mengubah bahasanya dari bahasa satu ke bahasa lain atau ke bahasa asing.

Ketika seseorang berkomunikasi menggunakan campur kode dan alih kode maka dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, faktor latar belakang dan sikap, latar belakang bahasa, mitra bicara keterbatasan penggunaan kode, hadirnya penutur ketiga dan masih banyak lagi.

Ulfiana (2014: 97), yang dimaksud dengan campur kode yaitu pemakaian dua bahasa atau lebih dengan memasukkan unsur bahasa satu ke unsur bahasa lainnya guna memperluas gaya bahasa.

Susmita (2015: 98), bahwa campur kode merupakan pemakaian satuan bahasa ke bahasa lain guna memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa.

Appel (Agustinuraida, 2017:67) mendefinisikan alih kode sebagai gejala peralihan pemakian bahasa karena berubahnya situasi. Selanjutnya, Yuana (2020:2) menjelaskan bahwa alih kode (code switching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa.

Rokhman (2011) menyatakan bahwa alih kode merupakan peralihan dari kode satu ke kode yang lain karena perubahan situasi yang mungkin terjadi antar bahasa, antarvarian (baik regional maupun sosial) antarregister, antarragam, ataupun antargaya. 

Dapat dipahami bahwa alih kode terhadi karena perubahan situasi komunikasi yang terhadi antarbahasa dan variannya. Bahkan antargaya dan antarragam yang digunakan penutur. 

Menurut sudut pandang sosiolinguistik, penggunaan variasi kode bahasa dalam masyarakat multibahasa merupakan gejala yang sangat menarik untuk dikaji karena kode mengacu pada suatu sistem tutur yang dalam penerapannya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi penutur dengan mitra tutur, dan situasi tutur yang ada (Suandi, 2014:132).

Berdasarkan kajian data, dapat dihasilkan bentuk alih kode oleh penutur pada peristiwa tutur antara kakak(P1), dan adik (P2) dalam ranah keluarga. Topik pembicaraan keduanya seputar kakak(P1) yang selesai disunat. P2 bertanya kepada P1 dalam berbagi bentuk ujaran.

Pada percakapan 1:

P1 :” Abis sudah pipisnya itu repot nggak?”

P2 :” Nggak. Kalau sudah ahli, pipisnya tidak susah.

Berdasarkan tuturan tersebut bisa dianalisis bahwa P1 menggunakan kata “pipisnya”. Pipis merupakan kosakata bahasa Jawa ngoko(BjNg). Penutur 1 (P1) tiba-tiba di sela pembicaraan menggunakan kosa kata Jawa Pipis. Peristiwa tersebut terjadi pada konteks tuturan kakak dan adik dalam ranah keluarga. Dalam keseharian kedua penutur menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa daerah (Bahasa Jawa) yang bersamaan. Beralihnya bahasa Indonesia ke bahasa Jawa membuktikan terjadi alih kode. Peristiwa tutur tersebut menjelaskan bahwa penggunaan bahasa dalam konteks komunikasi di keluarga menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa. Meskipun lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi bahasa di keluarga, latar belakang pendidikan keduanya yang masih siswa SD, jenis kelamin perempuan dan laki-laki, serta konteks sosial non formal di keluarga.

Percakapan 2:

Dilakukan oleh P1 kepada P2 tentang sunat yang dijahit. 


P1 : “Dijahit ga?”

P2 : “Iya”

P1 : “Pakai apa jahitnya?”

P2 :” Pakai Jarum”.

P1 : “Pentul”

P2 : “ Nggak”

P1 : ”Untuk kerudung”.

P2 : “Pakainya jarumnya yang bentuknya seperti arit.”



Berdasarkan data 2, P1 bertanya kepada P2 tentang proses menjahit yang dilakukan oleh dokter. Pemahaman P1, jarum biasa digunakan oleh perempuan untuk memasang kerudung. Tetapi P2 kemudian menjelaskan atau merespon bahwa jarumnya bukan untuk kerudung melainkan bentuknya seperti “arit”. Munculnya kata”arit”membuktikan terjadi alih kode para peristwia tuturan. Peristiwa tuturan tersebut menjadikan konteks kebahasaan beralih ke bahasa Jawa. 


Penutup

Simpulan

Berdasarkan kajian sosiolinguistik maka disimpulkan:

1. Alih kode terjadi para peristiwa tuturan P1 dan P2. Bentuk alih kode adalah penggunaan bahasa daerah(BjNg). Bahasa Jawa ngoko saat pembicaraan yang menggunakan bahasa Indonesia. Hal tersebut karena di dalam keluarga menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam keseharian. Alih kode tidak bisa dihindari dalam peristiwa bahasa di ranah keluarga tersebut.

2. Faktor terjadinya alih bahasa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, bahasa keluarga, jenis kelamin, dan sikap bahasa penutur.

Saran:

Berdasarkan simpulan tersebut maka dapat disarankan:

1. Perlu kajian lebih mendalam menggunakan variasi bahasa lain misalnya pemertahana  bahasa, sikap bahasa, campurn kode, dan sebagainya.




DAFTAR PUSTAKA


Arju Taufiq Irrohmandan Fathur Rokhman. Alih Kode dan Campur   Kode 

dalam Ceramah Habib Al-Muthohhar. Jurnal Sastra Indonesia 10(1) (2021) 51-58.

Juariah, Y., dkk. 2020. Campur Kode Dan Alih Kode Masyarakat Pesisir 

Pantai Lippo Labuan (Kajian Sosiolinguistik). Jurnal Deiksis, 12(3), 327-335.

Mayasari D., dan Irwansyah. 2020. Peran Sosiolinguistik Dalam 

Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing (BIPA). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(1), 189-199.

Pateda, Mansoer. 2015. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa Bandung.

Rahma, Yulina Winda (2022) Alih Kode, Campur Kode Bahasa Pedagang 

Pasar Tradisional, dan Rancangan Pembelajarannya Pada Mata Kuliah Sosiolinguistik. Masters Thesis, Universitas Lampung.

Rokhman, F. 2013. Sosiolinguistik Suatu Pendekatan Pembelajaran Bahasa Dalam Masyarakat Multikultural. Yogyakarta : Graha Ilmu.

 (2011). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suandi, Nengah. 2014. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yuana, Cuk. 2020. Analisis Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode 

dalam Lirik Lagu Aimer Album Dawn dan Sleepless Nights. MEZURASHII: Journal of Japanese Studies. Volume 2 Nomor 1 Januari 2020.

Yulina Winda Rahma, 2022. Alih Kode, Campur Kode Bahasa Pedagang 

Pasar Tradisional, dan Rancangan Pembelajarannya Pada Mata Kuliah Sosiolinguistik. Tesis. Universitas Lampung

Zidan, A. M. S., Anwar, S., dan Sari, V. I. 2022. Alih  Kode Dalam 

Beberapa Video Podcast Deddy Corbuzier. Jurnal Ilmiah Semantika, 3(2), 121-127.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL

Hebat, Siswa SMP 17 Semarang Raih Juara 2 Lomba Tari Kreasi

 Siswi SMP 17 Semarang, berhasil meraih juara 2 lomba tari kreasi. Lomba diadakan oleh SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Kegiatan diadakan ...